SEJARAH FOTOGRAFI DI INDONESIA

Perkembangan Fotografi di Indonesia

Kassian Cephas lahirpada 15 Januari1845 dari pasangan Kartodrono dan Minah.Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah anak angkat dari orang Belanda yang bernama Frederik Bernard Fr. Schalk. Cephas banyak menghabiskan masa kanak-kanaknya di rumah Christina Petronella Steven (siapa).Cephas mulai belajarmenjadi fotografer profesional pada tahun 1860-an. Ia sempat magang pada Isidore van Kinsbergen, fotografer yang bekerja di Jawa Tengah sekitar1863-1875. Tapi berita kematian Cephas di tahun 1912 menyebutkan bahwaia belajar fotografi kepada seseorang yang bernama Simon Willem Camerik.
Kassian Cephas memang bukan tokoh nasional yang dulunya menenteng senjata atau berdiplomasi menentang penjajahan bersama politikus pada zaman sebelum dan sesudah kemerdekaan. Ia hanyalah seorang fotografer asal Yogyakarta yang eksis diujung abad ke 19, dimana dunia fotografi masih sangat asing dantak tersentuh oleh penduduk pribumi kalai tu. Nama Kassian Cephas mungkin baru disebut bila foto-foto tentang Sultan Hamengku Buwono VII diangkat sebagai bahan perbincangan. Dulu, Cephas pernah menjadi fotografer khusus Keraton pada masa kekuasaan Sultan Hamengku Buwono VII. Karena kedekatannya dengan pihak Keraton,maka ia bisa memotret momen momen khusus yang hanya diadakan di Keraton pada waktu itu.
Hasilkarya foto-fotonya itu adayang dimuat di dalam bukukarya Isaac Groneman(seorang dokter yangbanyak membuat buku-buku tentang kebudayaan Jawa) dan buku karangan Gerrit Knaap (sejarawan Belanda yang berjudul “Cephas, Yogyakarta: Photography in the Service of the SultDari foto-fotonya tersebut, bisa dibilang bahwa Cephas telah memotret banyak hal tentang kehidupan di dalam Keraton, mulai dari foto Sultan Hamengku Buwono VII dan keluarganya, bangunan-bangunan sekitar Keraton, upacara Garebegdi alun-alun, iring-iringan benda untuk keperluan upacara, tari-tarian, hingga pemandangan KotaYogyakarta dan sekitarnya. Tidak itu saja,
bahkan Cephasjuga diketahui banyakmemotret candi dan bangunan bersejarah lainnya, terutama yang ada disekitar Yogyakarta. Berkaitan dengan kegiatan Cephas memotret kalangan bangsawanKeraton, ada ceritayang cukup menarik. Zamandulu, dari sekianbanyak penduduk Jawa waktu itu,hanya segelintir saja rakyat yang bisa ataupernah melihat wajahrajanya. Tapi, denganfoto-foto yang dibuat Cephas, maka wajah-wajah raja dan bangsawanbisa dikenali rakyatnya.
Sejarah fotografi di Indonesia dimulaipada tahun 1857,pada saat 2 orang jurufoto Woodbury danPage membuka sebuah studio foto di Harmonie, Batavia. Masuknya fotografi ke Indonesia tepat18 tahun setelahDaguerre mengumumkan hasilpenelitiannya yang kemudian disebutsebut sebagai awal perkembangan fotografi komersil. Studiofotopun semakin ramaidi Batavia. Dan kemudian banyak fotografer professional maupun amatir mendokumentasikan hiruk pikukdan keragaman etnisdi Batavia.
Masuknya fotografi di Indonesia adalah tahun awal dari lahirnya teknologi fotografi, maka kamera yangadapun masih beratdan menggunakan teknologi yang sederhana. Teknologi kamera pada masa itu hanya mampu merekam gambar yang statis. Karena itu kebanyakan foto kota hasil karya Woodbury dan Page terlihat sepi karena belum memungkinkan untuk merekam gambar yang bergerak.
Masuknya Jepang tahun 1942 juga menciptakan kesempatan transfer teknologi ini. Karena kebutuhan propagandanya, Jepang mulai melatih orang Indonesia menjadi fotografer untuk bekerja di kantor beritamereka, Domei. Merekainilah, Mendur dan Umbas bersaudara, yang membentuk imaji baru Indonesia, mengubahpose simpuh di kaki kulit putih, menjadian”. manusia merdeka yang sederajat. Foto-foto mereka adalah visualvisual khas revolusi, penuh dengan kemeriahan dan optimisme, beserta keserataan antara pemimpin dan rakyat biasa. Inilah momentum ketika fotografi benar-benar “sampai” ke Indonesia, ketika kamera berpindah tangan dan orang Indonesia mulai merepresentasikan dirinya sendiri. Banyak karya-karya fotografer maupun masyarakat awam yang dibuat pada masa awal perkembangan fotografi di Indonesia tersimpan di Museum Sejarah Jakarta. Seperti namanya, museum ini hanya menghadirkan foto-foto kota Jakarta pada jaman penjajahan Belanda saja. Karena memang perkembangan teknologi fotografi belum masuk kedaerah.

0 Komentar